Analisys of Herpetology
Classis Amphibia: Ordo Gymnophiona dan Ordo
Urodela
Nama lain dari Gymnophiona adalah
Apoda/Caecilian. Istilah Apoda berasal dari kata ”a” berarti ”tidak” dan ”poda”
yang berarti ”kaki” atau ”alat gerak”. Sehingga apoda dapat diartikan tubuh
tidak memiliki alat gerak. Ciri dari order ini adalah tubuhnya gilig memanjang,
memiliki segmen/beranuli (groove), tidak memiliki tympanum, extremitasnya
mereduksi dan memiliki mata yang kecil sekali tertutup oleh kulit atau tulang
serta paru-paru kiri biasanya mereduksi/menghilang. Gymnophiona sangat mirip
sekali dengan cacing. Bedanya yaitu pada Gymnophiona memiliki geligi dan
sepasang tentakel kecil. Tentakel terletak diantara mata dan nostril yang
berfungsi sebagai alat sensori (kemoreseptor). Habitat dari order ini adalah
meliang didalam tanah lembek atau didalam lumpur. Reproduksi ovipar dan ada
yang diketahui vivipar. Fertilisasi internal (phallodeum). Spesies jantan
memiliki alat kopulasi. Embrio Gymnophiona memiliki insang external.
Gymnophiona tersebar di Borneo, Jawa, sumatra, dan Kalimantan. Karakter utama
yang dipakai utama untuk identifikasi Gymnophiona antara lain: jumlah annuli,
jumlah gigi, warna tubuh, garis lateral, panjang tubuh (Pough et al., 1998).

Gymnophiona memiliki warna coklat
atau biru keunguan. Gymnophiona tidak semua memiliki garis lateral berwarna
kuning. Garis lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garislateral
ada yang berwarna kuning atau putih. Tentakel kecil sekali dan berada di antara
mata dan lubang hidung.. Walaupun tubuh Gymnophiona memanjang seperti cacing
tetapi ekornya amat pendek. Ekor berada di belakang anus. Gigi Gymnophiona
berjumlah dua pasang, yaitu sepasang di bagian atas mulut yang dinamai
Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine teeth dan sepasang di bagian
bawah mulut yang dinamai Splenial teeth dan Dentary teeth. Namun untuk family
Caudacaecilidae, tidak memiliki dentary teeth (Pough et al., 1998).
Klasifikasi Ordo Gymnophiona:
Kingdom : Animalia
Philum : Chordata
Class :
Amphibia
Order :
Gymnophiona
Family :
Ichthyophiidae
Caeciliidae
Ordo Gymnophiona terdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 200 jenis.
Amfibi anggota ordo Gymnophiona yang hidup di Indonesia (pulau Sumatera, Jawa,
dan Kalimantan) terdapat 2 famili, yaitu:
Family Caeciliaidae merupakan
family dengan jumlah spesies terbesar dari Gymnophiona. Kira-kira family ini
terdiri dari 90 spesies dalam 23 genera. Daerah persebaran geografinya antara
lain Amerika tropis, Afrika bagian barat dan timur, pulau Seychelle dan India.
Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali
oleh peneliti (Zug, 1993).
Semua anggota dari family ini
memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesies mempunyai alur sekunder
(secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan tetapi tak satu pun yang
memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada beberapa genus sisik ditemukan
pada annular groove akan tetapi pada genus yang lain tidak ditemukan adanya
sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi oleh perisai terminal akan
tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat atau tidak dapat dilihat dari
luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat dengan nostril dan ada juga
yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga tengah terdapat sebuah kolumela
(Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae ada yang
bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) dan ada juga yang vivipar
(Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengan cara bertelur
meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki larva yang hidup
bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat parental care berupa penjagaan
telur (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae merupakan
hewan yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah
setelah hujan turun) kecuali spesies-spesies dari Typhlonectine yang akuatik.
Tidak terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesies akuatik memiliki
tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal yang berkembang
dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang. Beberapa spesies dari family
ini memiliki pola warna yang cerah seperti orange, kuning atau pink (Pough et
al., 1998).
Family Ichthyophiidae
Spesies-spesies dari family
Ichthyophiidae memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih
padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik
dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril
akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm.
Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang
dekat dengan air yang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et
al., 1998).
Daerah persebarannya meliputi
India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utama Malaysia, Sumatra dan
Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia dan Ichthyophis) dan
sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998). Anggota family ini memiliki
cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagi oleh alur
sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecuali
pada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang
sangat pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota family ini
memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di bawah kulit.
Masing-masing tentakel terletak di antara mata dan nostril, umumnya letaknya
lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. Kedua genus dari
family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalam
liang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan
merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).
Beberapa jenis spesies dari genus Ichthyophis sp. yang hidup di Indonesia antara lain:
1.
Indonesia Caecilian (Ichthyophis bernisi)
2.
Billiton Island Caecilian (Ichthyophis billitonensis)
3.
Elongated Caecilian (Ichthyophis elongatus)
4.
Javan Caecilian (Ichthyophis hypocyaneus)
5.
Java Caecilian (Ichthyophis javanicus)
6.
Black Caecilian (Ichthyophis monochrous)
7.
Kapahiang Caecilian (Ichthyophis paucidentulus)
8.
Yellow-banded Caecilian (Ichthyophis paucisulcus)
9.
Sumatra Caecilian (Ichthyophis sumatranus)
Urodela merupakan salah satu ordo dari class
Amphibia. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan
ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher
dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan
paru-paru. Pada
bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami
reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup
di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi
wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.
Contoh
dari ordo urodela yaitu salamander. Salamander secara umum morfologinya mirip
kadal, tetrapoda dan berekor panjang. Spesiesnya sebagian besar memiliki 4 jari
pada bagian depan dan 5 jari pada bagian belakang (seperti amphibi pada
umumnya). Memiliki kulit yang lembab membuat salamander lebih suka hidup
ditempat yang tidak ternaungi cahaya matahari dan seringkali dilahan yang
basah. Beberapa spesies salamander hidup aquatik (contoh: Axolotl)
saat berudu namun ketika dewasa hidup didarat (terestrial). Salamander memiliki
tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat
kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies aquatik jelas sekali mereduksi.
Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu
hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya
karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et al., 1998).
Bentuk
tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk
mengidentifikasi. Kebanyakan family dari urodela terdapat di amerika dan tidak
terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada
yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri
yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang
dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Klasifikasi ilmiah Salamander:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Caudata
Famili : Plethodontidae
Genus : Plethodon
Spesies : Plethodon cinereus
Reproduksi
salamander dapat berupa ovipar dan ovovivipar. Salamander berkembang biak
secara internal, di mana umumnya jantan menghasilkan sel sperma yang mengandung
spermatofor yang nantinya akan di tampung oleh hewan betina di dalam kloaka.
Kloaka salamander merupakan muara dari saluran urine, genital, dan pencernaan
(urogenital). Setelah sel telur betina dibuahi, sel sperma akan terbentuk
menjadi telur. Telur tersebut diletakkan di air atau di darat. Karena
salamander, seperti semua amfibi, bertelur di air, telur mereka tidak memiliki
shell pelindung seperti, misalnya, telur ayam. Hal ini membuat telur salamander
rentan terhadap polutan kimia, radiasi ultraviolet, dan faktor lain yang
mengganggu pembelahan sel pada tahap awal embrio. Akibatnya, embrio tidak dapat
berkembang dengan baik, dan itu akan mati.
Seperti yang telah di sebutkan,
salamander adalah hewan vertebrata yang hidup di dua alam (amphibi) yang
tergolong ke dalam kelas amphibi yang berekor dan berkaki (Caudata/Urodela).
Terdapat tiga jenis habitat salamander yaitu :
a) Air
Salamander air, hidup di air sepanjang
umur mereka.
b) Semi air (daerah lembab/ setengah basah)
Salamander yang hidup pada daerah ini
lebih memilih untuk hidup di darat. Mereka tinggal di air selama musim dingin
untuk hibernate. Juga pada awal musim kawin mereka, mereka mulai hidup di air.
c) Terestrial
Salamander yang hidup di daerah
terestrial hidup di darat sepanjang hidup mereka. Mereka tidak masuk ke dalam
air, tetapi lebih suka hidup dekat dengan badan air atau lahan basah.
Alpine
newt ditemukan di sebagian besar Eropa, mulai dari garis pantai Atlantik
Prancis utara ke Denmark dank e arah timur ke Ukraina, Rumania, dan Bulgaria. Hal ini secara luas didistribusikan di
Balkan. Populasi terisolasi yang hadir di Italia
selatan dan utara Spanyol (tidak terdapat di Portugal). Peta distribusi
sebagian besar didasarkan pada Denoel et al. (2001). Ini telah berhasil
diperkenalkan di Inggris [distribusi tidak dipetakan di Sierra de Guadarrama
(Provinsi Madrid, Spanyol Tengah). Spesies terjadi
dari permukaan laut sekitar 2.500 mdpl (Swiss dan Perancis) (Anwar, 1988).
Klasifikasi ilmiah Alpine newt:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Urodela
Famili : Salamandridae
Genus : Ichthyosaura
Spesies : Ichthyosaura alpestris
Marble Salamander (Genus ambystoma)
adalah kelompok salamander endemik di Amerika Utara, genus hanya dalam
Ambystomatidae keluarga. Kelompok itu telah menjadi terkenal karena kehadiran
Axolotl (Ambystoma mexicanum), banyak digunakan dalam penelitian, dan
Salamander Tiger (Ambystoma tigrinum, Ambystoma mavortium) yang
merupakan amfibia resmi negara, dan sering dijual sebagai hewan peliharaan.
Ciri-ciri
tubuh berukuran besar ( panjang lebih dari 7 cm).
Warna latar belakang tubuh hitam dengan bintik putih disepanjang
jalur memanjang pada
masing-masing sisi tubuh dari mata dan bintik
putih tersebar dalam tubuh. Gigi-giginya dalam deretan transversal menyilang
tepi posterior vomer, memiliki kelopak mata, yang dewasa hidup terrestrial. Contoh:
Ambystoma tigrinum (Tiger
salamander), larva perennial (larva yang mencapai ukuran dewasa
dan bahkan sudah mengadakan perkawinan meskipun masih berinsang dan mempunyai tanda-tanda
larva yang lain).
Klasifikasi
ilmiah Marbled Salamander:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Subkelas : Lissamphibia
Ordo : Caudata
Famili : Ambystomatidae
Genus : Ambystoma
Spesies : Ambystoma tigrinum
Slimy
Salamander (Plethodon glutinosus)
adalah salamander hutan kecil. Hewan ini mendiami lereng berhutan di Amerika
Utara sisi timur; yaitu ke barat hingga Missouri; selatan hingga Carolina
Utara; dan utara dari Quebec bagian selatan dan Provinsi Maritimes di Kanada
hingga Minnesota.
Klasifikasi ilmiah Slimy Salamander:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Caudata
Famili : Plethodontidae
Genus : Plethodon
Spesies : Plethodon glutinosus
Reproduksi Urodela
1. Sistem Genitalia
Jantan
Testis berjumlah
sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah
kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen.
Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan
membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka,
duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula
seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya
saat musim kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halus yang
meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus
wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal.
Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Anton, 2009).
Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai
bulat dan lebih kompak. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan
permukaan yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan (Anton,
2009).
2. Sistem Genitalia
Betina
Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah
kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik
ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing
gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran
reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai
dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut
oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut
dutus mesonefrus
dan akhirnya
bermuara di kloaka.
3. Pembuahan Eksternal
Sistem reproduksi pada urodela, pembuahannya terjadi
secara eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di
luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar,
karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan
secara internal
(Pought at al., 1998). Gymnophiona terdiri dari
hewan-hewan yang memiliki tubuh memanjang, tidak berkaki, peliang dan juga
hewan akuatik yang dapat ditemukan dalam hábitat tropis. Sebagian besar anggota
dari ordo ini menghabiskan waktunya di bawah tanah atau di dalam air sehingga
cukup sulit untuk dipelajari (Pough et al., 1998).
Nama lain dari Gymnophiona adalah
Apoda/Caecilian. Istilah Apoda berasal dari kata ”a” berarti ”tidak” dan ”poda”
yang berarti ”kaki” atau ”alat gerak”. Sehingga apoda dapat diartikan tubuh
tidak memiliki alat gerak. Ciri dari order ini adalah tubuhnya gilig memanjang,
memiliki segmen/beranuli (groove), tidak memiliki tympanum, extremitasnya
mereduksi dan memiliki mata yang kecil sekali tertutup oleh kulit atau tulang
serta paru-paru kiri biasanya mereduksi/menghilang. Gymnophiona sangat mirip
sekali dengan cacing. Bedanya yaitu pada Gymnophiona memiliki geligi dan
sepasang tentakel kecil. Tentakel terletak diantara mata dan nostril yang
berfungsi sebagai alat sensori (kemoreseptor). Habitat dari order ini adalah
meliang didalam tanah lembek atau didalam lumpur. Reproduksi ovipar dan ada
yang diketahui vivipar. Fertilisasi internal (phallodeum). Spesies jantan
memiliki alat kopulasi. Embrio Gymnophiona memiliki insang external.
Gymnophiona tersebar di Borneo, Jawa, sumatra, dan Kalimantan. Karakter utama
yang dipakai utama untuk identifikasi Gymnophiona antara lain: jumlah annuli,
jumlah gigi, warna tubuh, garis lateral, panjang tubuh (Pough et al., 1998).
Odo ini terdapat 33 genera dan
sekitar 170 spesies. Ciri-cirinya antara lain tubuh memanjang, tidak berkaki,
amphibia peliang dengan tubuh bersegmen-segmen (memiliki annula/cincin)
sehingga terlihat seperti cacing tanah. Apoda memiliki ekor kecil atau sama
sekali mereduksi dan mata yang sangat kecil sekali (biasanya tertutupi oleh
kulit atau tulang). Apoda juga memiliki tengkorak yang keras sebagai bentuk
adaptasinya untuk meliang. Paru-paru kiri terkadang mereduksi atau tidak ada
sama sekali dan sekurang-kurangnya ada satu spesies yang tidak memiliki
paru-paru (lungless). Caecilian memiliki kemosensori organ yang unik disebut
sebagai tentakel yang terdapat di antara mata dan hidung (Bonine et al., 2004).
Gymnophiona memiliki warna coklat
atau biru keunguan. Gymnophiona tidak semua memiliki garis lateral berwarna
kuning. Garis lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garislateral
ada yang berwarna kuning atau putih. Tentakel kecil sekali dan berada di antara
mata dan lubang hidung.. Walaupun tubuh Gymnophiona memanjang seperti cacing
tetapi ekornya amat pendek. Ekor berada di belakang anus. Gigi Gymnophiona
berjumlah dua pasang, yaitu sepasang di bagian atas mulut yang dinamai
Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine teeth dan sepasang di bagian
bawah mulut yang dinamai Splenial teeth dan Dentary teeth. Namun untuk family
Caudacaecilidae, tidak memiliki dentary teeth (Pough et al., 1998).
Klasifikasi Ordo Gymnophiona:
Kingdom : Animalia
Philum : Chordata
Class :
Amphibia
Order :
Gymnophiona
Family :
Ichthyophiidae
Caeciliidae
Ordo Gymnophiona terdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 200 jenis.
Amfibi anggota ordo Gymnophiona yang hidup di Indonesia (pulau Sumatera, Jawa,
dan Kalimantan) terdapat 2 famili, yaitu:
Family Caeciliaidae merupakan
family dengan jumlah spesies terbesar dari Gymnophiona. Kira-kira family ini
terdiri dari 90 spesies dalam 23 genera. Daerah persebaran geografinya antara
lain Amerika tropis, Afrika bagian barat dan timur, pulau Seychelle dan India.
Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali
oleh peneliti (Zug, 1993).
Semua anggota dari family ini
memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesies mempunyai alur sekunder
(secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan tetapi tak satu pun yang
memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada beberapa genus sisik ditemukan
pada annular groove akan tetapi pada genus yang lain tidak ditemukan adanya
sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi oleh perisai terminal akan
tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat atau tidak dapat dilihat dari
luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat dengan nostril dan ada juga
yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga tengah terdapat sebuah kolumela
(Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae ada yang
bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) dan ada juga yang vivipar
(Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengan cara bertelur
meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki larva yang hidup
bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat parental care berupa penjagaan
telur (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae merupakan
hewan yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah
setelah hujan turun) kecuali spesies-spesies dari Typhlonectine yang akuatik.
Tidak terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesies akuatik memiliki
tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal yang berkembang
dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang. Beberapa spesies dari family
ini memiliki pola warna yang cerah seperti orange, kuning atau pink (Pough et
al., 1998).
Family Ichthyophiidae
Spesies-spesies dari family
Ichthyophiidae memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih
padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik
dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril
akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm.
Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang
dekat dengan air yang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et
al., 1998).
Daerah persebarannya meliputi
India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utama Malaysia, Sumatra dan
Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia dan Ichthyophis) dan
sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998). Anggota family ini memiliki
cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagi oleh alur
sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecuali
pada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang
sangat pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota family ini
memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di bawah kulit.
Masing-masing tentakel terletak di antara mata dan nostril, umumnya letaknya
lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. Kedua genus dari
family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalam
liang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan
merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).
Beberapa jenis spesies dari genus Ichthyophis sp. yang hidup di Indonesia antara lain:
1.
Indonesia Caecilian (Ichthyophis bernisi)
2.
Billiton Island Caecilian (Ichthyophis billitonensis)
3.
Elongated Caecilian (Ichthyophis elongatus)
4.
Javan Caecilian (Ichthyophis hypocyaneus)
5.
Java Caecilian (Ichthyophis javanicus)
6.
Black Caecilian (Ichthyophis monochrous)
7.
Kapahiang Caecilian (Ichthyophis paucidentulus)
8.
Yellow-banded Caecilian (Ichthyophis paucisulcus)
9.
Sumatra Caecilian (Ichthyophis sumatranus)
Urodela merupakan salah satu ordo dari class
Amphibia. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan
ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher
dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan
paru-paru. Pada
bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami
reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup
di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi
wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.
Contoh
dari ordo urodela yaitu salamander. Salamander secara umum morfologinya mirip
kadal, tetrapoda dan berekor panjang. Spesiesnya sebagian besar memiliki 4 jari
pada bagian depan dan 5 jari pada bagian belakang (seperti amphibi pada
umumnya). Memiliki kulit yang lembab membuat salamander lebih suka hidup
ditempat yang tidak ternaungi cahaya matahari dan seringkali dilahan yang
basah. Beberapa spesies salamander hidup aquatik (contoh: Axolotl)
saat berudu namun ketika dewasa hidup didarat (terestrial). Salamander memiliki
tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat
kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies aquatik jelas sekali mereduksi.
Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu
hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya
karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et al., 1998).
Bentuk
tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk
mengidentifikasi. Kebanyakan family dari urodela terdapat di amerika dan tidak
terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada
yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri
yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang
dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Klasifikasi ilmiah Salamander:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Caudata
Famili : Plethodontidae
Genus : Plethodon
Spesies : Plethodon cinereus
Reproduksi
salamander dapat berupa ovipar dan ovovivipar. Salamander berkembang biak
secara internal, di mana umumnya jantan menghasilkan sel sperma yang mengandung
spermatofor yang nantinya akan di tampung oleh hewan betina di dalam kloaka.
Kloaka salamander merupakan muara dari saluran urine, genital, dan pencernaan
(urogenital). Setelah sel telur betina dibuahi, sel sperma akan terbentuk
menjadi telur. Telur tersebut diletakkan di air atau di darat. Karena
salamander, seperti semua amfibi, bertelur di air, telur mereka tidak memiliki
shell pelindung seperti, misalnya, telur ayam. Hal ini membuat telur salamander
rentan terhadap polutan kimia, radiasi ultraviolet, dan faktor lain yang
mengganggu pembelahan sel pada tahap awal embrio. Akibatnya, embrio tidak dapat
berkembang dengan baik, dan itu akan mati.
Seperti yang telah di sebutkan,
salamander adalah hewan vertebrata yang hidup di dua alam (amphibi) yang
tergolong ke dalam kelas amphibi yang berekor dan berkaki (Caudata/Urodela).
Terdapat tiga jenis habitat salamander yaitu :
a) Air
Salamander air, hidup di air sepanjang
umur mereka.
b) Semi air (daerah lembab/ setengah basah)
Salamander yang hidup pada daerah ini
lebih memilih untuk hidup di darat. Mereka tinggal di air selama musim dingin
untuk hibernate. Juga pada awal musim kawin mereka, mereka mulai hidup di air.
c) Terestrial
Salamander yang hidup di daerah
terestrial hidup di darat sepanjang hidup mereka. Mereka tidak masuk ke dalam
air, tetapi lebih suka hidup dekat dengan badan air atau lahan basah.
Alpine
newt ditemukan di sebagian besar Eropa, mulai dari garis pantai Atlantik
Prancis utara ke Denmark dank e arah timur ke Ukraina, Rumania, dan Bulgaria. Hal ini secara luas didistribusikan di
Balkan. Populasi terisolasi yang hadir di Italia
selatan dan utara Spanyol (tidak terdapat di Portugal). Peta distribusi
sebagian besar didasarkan pada Denoel et al. (2001). Ini telah berhasil
diperkenalkan di Inggris [distribusi tidak dipetakan di Sierra de Guadarrama
(Provinsi Madrid, Spanyol Tengah). Spesies terjadi
dari permukaan laut sekitar 2.500 mdpl (Swiss dan Perancis) (Anwar, 1988).
Klasifikasi ilmiah Alpine newt:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Urodela
Famili : Salamandridae
Genus : Ichthyosaura
Spesies : Ichthyosaura alpestris
Marble Salamander (Genus ambystoma)
adalah kelompok salamander endemik di Amerika Utara, genus hanya dalam
Ambystomatidae keluarga. Kelompok itu telah menjadi terkenal karena kehadiran
Axolotl (Ambystoma mexicanum), banyak digunakan dalam penelitian, dan
Salamander Tiger (Ambystoma tigrinum, Ambystoma mavortium) yang
merupakan amfibia resmi negara, dan sering dijual sebagai hewan peliharaan.
Ciri-ciri
tubuh berukuran besar ( panjang lebih dari 7 cm).
Warna latar belakang tubuh hitam dengan bintik putih disepanjang
jalur memanjang pada
masing-masing sisi tubuh dari mata dan bintik
putih tersebar dalam tubuh. Gigi-giginya dalam deretan transversal menyilang
tepi posterior vomer, memiliki kelopak mata, yang dewasa hidup terrestrial. Contoh:
Ambystoma tigrinum (Tiger
salamander), larva perennial (larva yang mencapai ukuran dewasa
dan bahkan sudah mengadakan perkawinan meskipun masih berinsang dan mempunyai tanda-tanda
larva yang lain).
Klasifikasi
ilmiah Marbled Salamander:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Subkelas : Lissamphibia
Ordo : Caudata
Famili : Ambystomatidae
Genus : Ambystoma
Spesies : Ambystoma tigrinum
Slimy
Salamander (Plethodon glutinosus)
adalah salamander hutan kecil. Hewan ini mendiami lereng berhutan di Amerika
Utara sisi timur; yaitu ke barat hingga Missouri; selatan hingga Carolina
Utara; dan utara dari Quebec bagian selatan dan Provinsi Maritimes di Kanada
hingga Minnesota.
Klasifikasi ilmiah Slimy Salamander:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Caudata
Famili : Plethodontidae
Genus : Plethodon
Reproduksi Urodela
1. Sistem Genitalia
Jantan
Testis berjumlah
sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah
kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen.
Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan
membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka,
duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula
seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya
saat musim kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halus yang
meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus
wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal.
Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Anton, 2009).
Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai
bulat dan lebih kompak. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan
permukaan yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan (Anton,
2009).
2. Sistem Genitalia
Betina
Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah
kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik
ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing
gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran
reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai
dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut
oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut
dutus mesonefrus
dan akhirnya
bermuara di kloaka.
3. Pembuahan Eksternal
Sistem reproduksi pada urodela, pembuahannya terjadi
secara eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di
luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar,
karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan
secara internal
(Pought at al., 1998).
Referensi :
Anton. 2009. Biology.
Academic Press. London, Pp: 336 - 345.
Anwar, A.1988. Ringkasan Biologi. Bandung
: Ganeca exact bandung.
Bonine. 2004. "Tlaconete Pinto Pseudoeurycea
bellii (Gray, 1850) Arizona’s Lost Salamander." Sonoran Herpetologist 17 Pp: 119-122.
Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid
II. Armico: Bandung
Pough,
F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey. Pp.
37-131.
Zug, L. A. 1993. Clinical
Pediatrics. Overall Function in Rural Childhood Cancer Survivors The Role
of Social Competence and Emotional Health, Pp: 334-342.
Mohamad Afifudin af
Komentar
Posting Komentar