Analisys of Herpetology

Classis Amphibia: Ordo Gymnophiona dan Ordo Urodela

Gymnophiona terdiri dari hewan-hewan yang memiliki tubuh memanjang, tidak berkaki, peliang dan juga hewan akuatik yang dapat ditemukan dalam hábitat tropis. Sebagian besar anggota dari ordo ini menghabiskan waktunya di bawah tanah atau di dalam air sehingga cukup sulit untuk dipelajari (Pough et al., 1998).
Nama lain dari Gymnophiona adalah Apoda/Caecilian. Istilah Apoda berasal dari kata ”a” berarti ”tidak” dan ”poda” yang berarti ”kaki” atau ”alat gerak”. Sehingga apoda dapat diartikan tubuh tidak memiliki alat gerak. Ciri dari order ini adalah tubuhnya gilig memanjang, memiliki segmen/beranuli (groove), tidak memiliki tympanum, extremitasnya mereduksi dan memiliki mata yang kecil sekali tertutup oleh kulit atau tulang serta paru-paru kiri biasanya mereduksi/menghilang. Gymnophiona sangat mirip sekali dengan cacing. Bedanya yaitu pada Gymnophiona memiliki geligi dan sepasang tentakel kecil. Tentakel terletak diantara mata dan nostril yang berfungsi sebagai alat sensori (kemoreseptor). Habitat dari order ini adalah meliang didalam tanah lembek atau didalam lumpur. Reproduksi ovipar dan ada yang diketahui vivipar. Fertilisasi internal (phallodeum). Spesies jantan memiliki alat kopulasi. Embrio Gymnophiona memiliki insang external. Gymnophiona tersebar di Borneo, Jawa, sumatra, dan Kalimantan. Karakter utama yang dipakai utama untuk identifikasi Gymnophiona antara lain: jumlah annuli, jumlah gigi, warna tubuh, garis lateral, panjang tubuh (Pough et al., 1998).
Odo ini terdapat 33 genera dan sekitar 170 spesies. Ciri-cirinya antara lain tubuh memanjang, tidak berkaki, amphibia peliang dengan tubuh bersegmen-segmen (memiliki annula/cincin) sehingga terlihat seperti cacing tanah. Apoda memiliki ekor kecil atau sama sekali mereduksi dan mata yang sangat kecil sekali (biasanya tertutupi oleh kulit atau tulang). Apoda juga memiliki tengkorak yang keras sebagai bentuk adaptasinya untuk meliang. Paru-paru kiri terkadang mereduksi atau tidak ada sama sekali dan sekurang-kurangnya ada satu spesies yang tidak memiliki paru-paru (lungless). Caecilian memiliki kemosensori organ yang unik disebut sebagai tentakel yang terdapat di antara mata dan hidung (Bonine et al., 2004).
Gymnophiona memiliki warna coklat atau biru keunguan. Gymnophiona tidak semua memiliki garis lateral berwarna kuning. Garis lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garislateral ada yang berwarna kuning atau putih. Tentakel kecil sekali dan berada di antara mata dan lubang hidung.. Walaupun tubuh Gymnophiona memanjang seperti cacing tetapi ekornya amat pendek. Ekor berada di belakang anus. Gigi Gymnophiona berjumlah dua pasang, yaitu sepasang di bagian atas mulut yang dinamai Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine teeth dan sepasang di bagian bawah mulut yang dinamai Splenial teeth dan Dentary teeth. Namun untuk family Caudacaecilidae, tidak memiliki dentary teeth (Pough et al., 1998).
Klasifikasi Ordo Gymnophiona:
Kingdom         : Animalia
Philum             : Chordata
Class                : Amphibia
Order               : Gymnophiona
Family             : Ichthyophiidae
                          Caeciliidae
            Ordo Gymnophiona terdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 200 jenis. Amfibi anggota ordo Gymnophiona yang hidup di Indonesia (pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) terdapat 2 famili, yaitu:
Family Caeciliaidae merupakan family dengan jumlah spesies terbesar dari Gymnophiona. Kira-kira family ini terdiri dari 90 spesies dalam 23 genera. Daerah persebaran geografinya antara lain Amerika tropis, Afrika bagian barat dan timur, pulau Seychelle dan India. Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali oleh peneliti (Zug, 1993).
Semua anggota dari family ini memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesies mempunyai alur sekunder (secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan tetapi tak satu pun yang memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada beberapa genus sisik ditemukan pada annular groove akan tetapi pada genus yang lain tidak ditemukan adanya sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi oleh perisai terminal akan tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat atau tidak dapat dilihat dari luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat dengan nostril dan ada juga yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga tengah terdapat sebuah kolumela (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae ada yang bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) dan ada juga yang vivipar (Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengan cara bertelur meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki larva yang hidup bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat parental care berupa penjagaan telur (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae merupakan hewan yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah setelah hujan turun) kecuali spesies-spesies dari Typhlonectine yang akuatik. Tidak terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesies akuatik memiliki tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal yang berkembang dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang. Beberapa spesies dari family ini memiliki pola warna yang cerah seperti orange, kuning atau pink (Pough et al., 1998).
Family Ichthyophiidae
Spesies-spesies dari family Ichthyophiidae memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm. Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang dekat dengan air yang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et al., 1998).
Daerah persebarannya meliputi India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utama Malaysia, Sumatra dan Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia dan Ichthyophis) dan sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998). Anggota family ini memiliki cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagi oleh alur sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecuali pada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang sangat pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota family ini memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di bawah kulit. Masing-masing tentakel terletak di antara mata dan nostril, umumnya letaknya lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. Kedua genus dari family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalam liang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).
Beberapa jenis spesies dari genus Ichthyophis sp. yang hidup di Indonesia antara lain:
1.      Indonesia Caecilian (Ichthyophis bernisi)
2.      Billiton Island Caecilian (Ichthyophis billitonensis)
3.      Elongated Caecilian (Ichthyophis elongatus)
4.      Javan Caecilian (Ichthyophis hypocyaneus)
5.      Java Caecilian (Ichthyophis javanicus)
6.      Black Caecilian (Ichthyophis monochrous)
7.      Kapahiang Caecilian (Ichthyophis paucidentulus)
8.      Yellow-banded Caecilian (Ichthyophis paucisulcus)
9.      Sumatra Caecilian (Ichthyophis sumatranus)
Urodela merupakan salah satu ordo dari class Amphibia. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.
Contoh dari ordo urodela yaitu salamander. Salamander secara umum morfologinya mirip kadal, tetrapoda dan berekor panjang. Spesiesnya sebagian besar memiliki 4 jari pada bagian depan dan 5 jari pada bagian belakang (seperti amphibi pada umumnya). Memiliki kulit yang lembab membuat salamander lebih suka hidup ditempat yang tidak ternaungi cahaya matahari dan seringkali dilahan yang basah.  Beberapa spesies salamander hidup aquatik (contoh: Axolotl) saat berudu namun ketika dewasa hidup didarat (terestrial). Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies aquatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et al., 1998).
Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family dari urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Klasifikasi ilmiah Salamander:
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Amphibia
Ordo         : Caudata
Famili       : Plethodontidae
Genus       : Plethodon
Spesies     : Plethodon cinereus
Reproduksi salamander dapat berupa ovipar dan ovovivipar. Salamander berkembang biak secara internal, di mana umumnya jantan menghasilkan sel sperma yang mengandung spermatofor yang nantinya akan di tampung oleh hewan betina di dalam kloaka. Kloaka salamander merupakan muara dari saluran urine, genital, dan pencernaan (urogenital). Setelah sel telur betina dibuahi, sel sperma akan terbentuk menjadi telur. Telur tersebut diletakkan di air atau di darat. Karena salamander, seperti semua amfibi, bertelur di air, telur mereka tidak memiliki shell pelindung seperti, misalnya, telur ayam. Hal ini membuat telur salamander rentan terhadap polutan kimia, radiasi ultraviolet, dan faktor lain yang mengganggu pembelahan sel pada tahap awal embrio. Akibatnya, embrio tidak dapat berkembang dengan baik, dan itu akan mati.
Seperti yang telah di sebutkan, salamander adalah hewan vertebrata yang hidup di dua alam (amphibi) yang tergolong ke dalam kelas amphibi yang berekor dan berkaki (Caudata/Urodela). Terdapat tiga jenis habitat salamander yaitu :
a) Air
Salamander air, hidup di air sepanjang umur mereka.
b) Semi air (daerah lembab/ setengah basah)
Salamander yang hidup pada daerah ini lebih memilih untuk hidup di darat. Mereka tinggal di air selama musim dingin untuk hibernate. Juga pada awal musim kawin mereka, mereka mulai hidup di air.
c) Terestrial
Salamander yang hidup di daerah terestrial hidup di darat sepanjang hidup mereka. Mereka tidak masuk ke dalam air, tetapi lebih suka hidup dekat dengan badan air atau lahan basah.
Alpine newt ditemukan di sebagian besar Eropa, mulai dari garis pantai Atlantik Prancis utara ke Denmark dank e arah timur ke Ukraina, Rumania, dan Bulgaria. Hal ini secara luas didistribusikan di Balkan. Populasi terisolasi yang hadir di Italia selatan dan utara Spanyol (tidak terdapat di Portugal). Peta distribusi sebagian besar didasarkan pada Denoel et al. (2001). Ini telah berhasil diperkenalkan di Inggris [distribusi tidak dipetakan di Sierra de Guadarrama (Provinsi Madrid, Spanyol Tengah). Spesies terjadi dari permukaan laut sekitar 2.500 mdpl (Swiss dan Perancis) (Anwar, 1988).
Klasifikasi ilmiah Alpine newt:
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Amphibia
Ordo         : Urodela
Famili       : Salamandridae
Genus       : Ichthyosaura
Spesies     : Ichthyosaura alpestris
Marble Salamander (Genus ambystoma) adalah kelompok salamander endemik di Amerika Utara, genus hanya dalam Ambystomatidae keluarga. Kelompok itu telah menjadi terkenal karena kehadiran Axolotl (Ambystoma mexicanum), banyak digunakan dalam penelitian, dan Salamander Tiger (Ambystoma tigrinum, Ambystoma mavortium) yang merupakan amfibia resmi negara, dan sering dijual sebagai hewan peliharaan. Ciri-ciri tubuh berukuran besar ( panjang lebih dari 7 cm).
Warna latar belakang tubuh hitam dengan bintik putih disepanjang jalur memanjang  pada masing-masing sisi tubuh dari mata dan bintik putih tersebar dalam tubuh. Gigi-giginya dalam deretan transversal menyilang tepi posterior vomer, memiliki kelopak mata, yang dewasa hidup terrestrial. Contoh: Ambystoma tigrinum (Tiger salamander), larva perennial (larva yang mencapai ukuran dewasa dan bahkan sudah mengadakan perkawinan meskipun masih berinsang dan mempunyai tanda-tanda larva yang lain).
Klasifikasi ilmiah Marbled Salamander:
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Amphibia
Subkelas   : Lissamphibia
Ordo         : Caudata
Famili       : Ambystomatidae
Genus       : Ambystoma
Spesies     : Ambystoma tigrinum
Slimy Salamander (Plethodon glutinosus) adalah salamander hutan kecil. Hewan ini mendiami lereng berhutan di Amerika Utara sisi timur; yaitu ke barat hingga Missouri; selatan hingga Carolina Utara; dan utara dari Quebec bagian selatan dan Provinsi Maritimes di Kanada hingga Minnesota.
 Klasifikasi ilmiah Slimy Salamander:
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Amphibia
Ordo         : Caudata
Famili       : Plethodontidae
Genus       : Plethodon
Spesies     : Plethodon glutinosus
Reproduksi Urodela
1.      Sistem Genitalia Jantan
Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Anton, 2009).
Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai bulat dan lebih kompak. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan (Anton, 2009).
2.      Sistem Genitalia Betina
Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus dan akhirnya bermuara di kloaka.
3.      Pembuahan Eksternal

Sistem reproduksi pada urodela, pembuahannya terjadi secara eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal (Pought at al., 1998).Gymnophiona terdiri dari hewan-hewan yang memiliki tubuh memanjang, tidak berkaki, peliang dan juga hewan akuatik yang dapat ditemukan dalam hábitat tropis. Sebagian besar anggota dari ordo ini menghabiskan waktunya di bawah tanah atau di dalam air sehingga cukup sulit untuk dipelajari (Pough et al., 1998).
Nama lain dari Gymnophiona adalah Apoda/Caecilian. Istilah Apoda berasal dari kata ”a” berarti ”tidak” dan ”poda” yang berarti ”kaki” atau ”alat gerak”. Sehingga apoda dapat diartikan tubuh tidak memiliki alat gerak. Ciri dari order ini adalah tubuhnya gilig memanjang, memiliki segmen/beranuli (groove), tidak memiliki tympanum, extremitasnya mereduksi dan memiliki mata yang kecil sekali tertutup oleh kulit atau tulang serta paru-paru kiri biasanya mereduksi/menghilang. Gymnophiona sangat mirip sekali dengan cacing. Bedanya yaitu pada Gymnophiona memiliki geligi dan sepasang tentakel kecil. Tentakel terletak diantara mata dan nostril yang berfungsi sebagai alat sensori (kemoreseptor). Habitat dari order ini adalah meliang didalam tanah lembek atau didalam lumpur. Reproduksi ovipar dan ada yang diketahui vivipar. Fertilisasi internal (phallodeum). Spesies jantan memiliki alat kopulasi. Embrio Gymnophiona memiliki insang external. Gymnophiona tersebar di Borneo, Jawa, sumatra, dan Kalimantan. Karakter utama yang dipakai utama untuk identifikasi Gymnophiona antara lain: jumlah annuli, jumlah gigi, warna tubuh, garis lateral, panjang tubuh (Pough et al., 1998).
Odo ini terdapat 33 genera dan sekitar 170 spesies. Ciri-cirinya antara lain tubuh memanjang, tidak berkaki, amphibia peliang dengan tubuh bersegmen-segmen (memiliki annula/cincin) sehingga terlihat seperti cacing tanah. Apoda memiliki ekor kecil atau sama sekali mereduksi dan mata yang sangat kecil sekali (biasanya tertutupi oleh kulit atau tulang). Apoda juga memiliki tengkorak yang keras sebagai bentuk adaptasinya untuk meliang. Paru-paru kiri terkadang mereduksi atau tidak ada sama sekali dan sekurang-kurangnya ada satu spesies yang tidak memiliki paru-paru (lungless). Caecilian memiliki kemosensori organ yang unik disebut sebagai tentakel yang terdapat di antara mata dan hidung (Bonine et al., 2004).
Gymnophiona memiliki warna coklat atau biru keunguan. Gymnophiona tidak semua memiliki garis lateral berwarna kuning. Garis lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garislateral ada yang berwarna kuning atau putih. Tentakel kecil sekali dan berada di antara mata dan lubang hidung.. Walaupun tubuh Gymnophiona memanjang seperti cacing tetapi ekornya amat pendek. Ekor berada di belakang anus. Gigi Gymnophiona berjumlah dua pasang, yaitu sepasang di bagian atas mulut yang dinamai Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine teeth dan sepasang di bagian bawah mulut yang dinamai Splenial teeth dan Dentary teeth. Namun untuk family Caudacaecilidae, tidak memiliki dentary teeth (Pough et al., 1998).
Klasifikasi Ordo Gymnophiona:
Kingdom         : Animalia
Philum             : Chordata
Class                : Amphibia
Order               : Gymnophiona
Family             : Ichthyophiidae
                          Caeciliidae
            Ordo Gymnophiona terdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 200 jenis. Amfibi anggota ordo Gymnophiona yang hidup di Indonesia (pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) terdapat 2 famili, yaitu:
Family Caeciliaidae merupakan family dengan jumlah spesies terbesar dari Gymnophiona. Kira-kira family ini terdiri dari 90 spesies dalam 23 genera. Daerah persebaran geografinya antara lain Amerika tropis, Afrika bagian barat dan timur, pulau Seychelle dan India. Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali oleh peneliti (Zug, 1993).
Semua anggota dari family ini memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesies mempunyai alur sekunder (secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan tetapi tak satu pun yang memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada beberapa genus sisik ditemukan pada annular groove akan tetapi pada genus yang lain tidak ditemukan adanya sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi oleh perisai terminal akan tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat atau tidak dapat dilihat dari luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat dengan nostril dan ada juga yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga tengah terdapat sebuah kolumela (Zug, 1993).

Anggota Caeciliaidae ada yang bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) dan ada juga yang vivipar (Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengan cara bertelur meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki larva yang hidup bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat parental care berupa penjagaan telur (Zug, 1993).
Anggota Caeciliaidae merupakan hewan yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah setelah hujan turun) kecuali spesies-spesies dari Typhlonectine yang akuatik. Tidak terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesies akuatik memiliki tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal yang berkembang dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang. Beberapa spesies dari family ini memiliki pola warna yang cerah seperti orange, kuning atau pink (Pough et al., 1998).
Family Ichthyophiidae
Spesies-spesies dari family Ichthyophiidae memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm. Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang dekat dengan air yang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et al., 1998).
Daerah persebarannya meliputi India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utama Malaysia, Sumatra dan Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia dan Ichthyophis) dan sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998). Anggota family ini memiliki cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagi oleh alur sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecuali pada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang sangat pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota family ini memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di bawah kulit. Masing-masing tentakel terletak di antara mata dan nostril, umumnya letaknya lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. Kedua genus dari family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalam liang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).
Beberapa jenis spesies dari genus Ichthyophis sp. yang hidup di Indonesia antara lain:
1.      Indonesia Caecilian (Ichthyophis bernisi)
2.      Billiton Island Caecilian (Ichthyophis billitonensis)
3.      Elongated Caecilian (Ichthyophis elongatus)
4.      Javan Caecilian (Ichthyophis hypocyaneus)
5.      Java Caecilian (Ichthyophis javanicus)
6.      Black Caecilian (Ichthyophis monochrous)
7.      Kapahiang Caecilian (Ichthyophis paucidentulus)
8.      Yellow-banded Caecilian (Ichthyophis paucisulcus)
9.      Sumatra Caecilian (Ichthyophis sumatranus)
Urodela merupakan salah satu ordo dari class Amphibia. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.
Contoh dari ordo urodela yaitu salamander. Salamander secara umum morfologinya mirip kadal, tetrapoda dan berekor panjang. Spesiesnya sebagian besar memiliki 4 jari pada bagian depan dan 5 jari pada bagian belakang (seperti amphibi pada umumnya). Memiliki kulit yang lembab membuat salamander lebih suka hidup ditempat yang tidak ternaungi cahaya matahari dan seringkali dilahan yang basah.  Beberapa spesies salamander hidup aquatik (contoh: Axolotl) saat berudu namun ketika dewasa hidup didarat (terestrial). Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies aquatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et al., 1998).
Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family dari urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Klasifikasi ilmiah Salamander:
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Amphibia
Ordo         : Caudata
Famili       : Plethodontidae
Genus       : Plethodon
Spesies     : Plethodon cinereus
Reproduksi salamander dapat berupa ovipar dan ovovivipar. Salamander berkembang biak secara internal, di mana umumnya jantan menghasilkan sel sperma yang mengandung spermatofor yang nantinya akan di tampung oleh hewan betina di dalam kloaka. Kloaka salamander merupakan muara dari saluran urine, genital, dan pencernaan (urogenital). Setelah sel telur betina dibuahi, sel sperma akan terbentuk menjadi telur. Telur tersebut diletakkan di air atau di darat. Karena salamander, seperti semua amfibi, bertelur di air, telur mereka tidak memiliki shell pelindung seperti, misalnya, telur ayam. Hal ini membuat telur salamander rentan terhadap polutan kimia, radiasi ultraviolet, dan faktor lain yang mengganggu pembelahan sel pada tahap awal embrio. Akibatnya, embrio tidak dapat berkembang dengan baik, dan itu akan mati.
Seperti yang telah di sebutkan, salamander adalah hewan vertebrata yang hidup di dua alam (amphibi) yang tergolong ke dalam kelas amphibi yang berekor dan berkaki (Caudata/Urodela). Terdapat tiga jenis habitat salamander yaitu :
a) Air
Salamander air, hidup di air sepanjang umur mereka.
b) Semi air (daerah lembab/ setengah basah)
Salamander yang hidup pada daerah ini lebih memilih untuk hidup di darat. Mereka tinggal di air selama musim dingin untuk hibernate. Juga pada awal musim kawin mereka, mereka mulai hidup di air.
c) Terestrial
Salamander yang hidup di daerah terestrial hidup di darat sepanjang hidup mereka. Mereka tidak masuk ke dalam air, tetapi lebih suka hidup dekat dengan badan air atau lahan basah.
Alpine newt ditemukan di sebagian besar Eropa, mulai dari garis pantai Atlantik Prancis utara ke Denmark dank e arah timur ke Ukraina, Rumania, dan Bulgaria. Hal ini secara luas didistribusikan di Balkan. Populasi terisolasi yang hadir di Italia selatan dan utara Spanyol (tidak terdapat di Portugal). Peta distribusi sebagian besar didasarkan pada Denoel et al. (2001). Ini telah berhasil diperkenalkan di Inggris [distribusi tidak dipetakan di Sierra de Guadarrama (Provinsi Madrid, Spanyol Tengah). Spesies terjadi dari permukaan laut sekitar 2.500 mdpl (Swiss dan Perancis) (Anwar, 1988).
Klasifikasi ilmiah Alpine newt:
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Amphibia
Ordo         : Urodela
Famili       : Salamandridae
Genus       : Ichthyosaura
Spesies     : Ichthyosaura alpestris
Marble Salamander (Genus ambystoma) adalah kelompok salamander endemik di Amerika Utara, genus hanya dalam Ambystomatidae keluarga. Kelompok itu telah menjadi terkenal karena kehadiran Axolotl (Ambystoma mexicanum), banyak digunakan dalam penelitian, dan Salamander Tiger (Ambystoma tigrinum, Ambystoma mavortium) yang merupakan amfibia resmi negara, dan sering dijual sebagai hewan peliharaan. Ciri-ciri tubuh berukuran besar ( panjang lebih dari 7 cm).
Warna latar belakang tubuh hitam dengan bintik putih disepanjang jalur memanjang  pada masing-masing sisi tubuh dari mata dan bintik putih tersebar dalam tubuh. Gigi-giginya dalam deretan transversal menyilang tepi posterior vomer, memiliki kelopak mata, yang dewasa hidup terrestrial. Contoh: Ambystoma tigrinum (Tiger salamander), larva perennial (larva yang mencapai ukuran dewasa dan bahkan sudah mengadakan perkawinan meskipun masih berinsang dan mempunyai tanda-tanda larva yang lain).
Klasifikasi ilmiah Marbled Salamander:
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Amphibia
Subkelas   : Lissamphibia
Ordo         : Caudata
Famili       : Ambystomatidae
Genus       : Ambystoma
Spesies     : Ambystoma tigrinum
Slimy Salamander (Plethodon glutinosus) adalah salamander hutan kecil. Hewan ini mendiami lereng berhutan di Amerika Utara sisi timur; yaitu ke barat hingga Missouri; selatan hingga Carolina Utara; dan utara dari Quebec bagian selatan dan Provinsi Maritimes di Kanada hingga Minnesota.
 Klasifikasi ilmiah Slimy Salamander:
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Amphibia
Ordo         : Caudata
Famili       : Plethodontidae
Genus       : Plethodon
Spesies     : Plethodon glutinosus
Reproduksi Urodela
1.      Sistem Genitalia Jantan
Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Anton, 2009).
Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai bulat dan lebih kompak. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan (Anton, 2009).
2.      Sistem Genitalia Betina
Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus dan akhirnya bermuara di kloaka.
3.      Pembuahan Eksternal
Sistem reproduksi pada urodela, pembuahannya terjadi secara eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal (Pought at al., 1998).

Referensi :
Anton. 2009. Biology. Academic Press. London, Pp: 336 - 345.
Anwar, A.1988. Ringkasan Biologi. Bandung : Ganeca exact bandung.

Bonine. 2004. "Tlaconete Pinto Pseudoeurycea bellii (Gray, 1850) Arizona’s Lost Salamander." Sonoran Herpetologist 17 Pp: 119-122.

Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid II. Armico: Bandung
Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey. Pp. 37-131.
Zug, L. A. 1993. Clinical Pediatrics. Overall Function in Rural Childhood Cancer Survivors The Role of Social Competence and Emotional Health, Pp: 334-342.

Mohamad Afifudin af

Komentar

Postingan populer dari blog ini